Kamis, 29 Desember 2022

Pola pikir tentang Learning Oriented


Image/Pahamify.com

Pada hakikatnya manusia selalu belajar dan terus belajar untuk selalu bertumbuh meningkatkan diri menjadi lebih baik setiap harinya. Apapun yang dilakukan baik dalam pekerjaan, kehidupan sosial, interaksi dalam keuarga, hingga menentukan arah harus berdasarkan sistem pembelajaran supaya tidak salah langkah. Banyak yang mengatakan jika bekerja hanya untuk uang semata, maka dapat dipastikan ia tidak akan pernah menjadi kaya bahkan sulit mendapat kebahagiaan, akan tetapi bila bekerja dengan berbagai konsep yang dituangkan dalam skema learning orientation untuk membangun sesuatu yang lebih baik ke depannya, itu yang membedakan ia dengan seorang pekerja keras biasa.

Dalam dunia finansial, bila seseorang berfokus pada uang saja tanpa dilandasi dengan belajar untuk terus meningkatkan pemasukan pokok, passive income, belajar investasi, hingga pengelolaanya akan kesulitan dalam mengambil kesulitan dan mempertimbangkan resiko yang akan ia terima. Tetapi bila tidak, maka tidak akan ada perubahan dalam segi finansialnya, padahal pemasukan yang tidak meningkat tidak seimbang dengan kebutuhan yang kian hari kian bertambah apalagi jika sudah berkeluarga. 

"Seseorang yang hanya mengandalkan gaji pokok saja dalam hidupnya, maka bersiaplah untuk hidup miskin” -Warren Buffet-

Maka dalam hal finansial saja kita dituntut untuk meningkatkan pengetahuan supaya dapat mengambil keputusan yang tepat sasaran untuk meningkakan pemasukan dengan berbagai resiko yang ada.

Learning Oriented tidak dimaknai sama dengan belajar di sekolah atau di kampus yang hanya mengejar nilai dan IPK. Lebih dari seseorang yang ingin menjadi lebih baik dari semua segi, baik secara finansial, interaksi sosial & relationship, kebutuhan psikis, karir, pasangan, dan yang tak kalah penting adalah bagaimana ia memaknai sebuah kebahagiaan. Tidak semua orang memaknai kebahagiaan dengan memiliki income besar dan karir yang lancar atau pasangan yang setia dan perhatian, tetapi lebih ke bagaimana ia bisa menuju taraf belajar untuk bisa menyeimbangkan happines yang akan ia terima dengan semua kondisi yang hendak ia raih.

Beberapa orang pada level belajar terendah memaknai kebahagiaan lahir dari harta yang melimpah, keluarga bangsawan, dan pasangan yang tampan/cantik serta setia. Ada juga yang memaknai kebahagiaan dengan hidup sederhana tetapi kaya akan keluarga. Adapula yang memaknai kebahagiaan dengan memiliki kehidupan yang selaras untuk semua hal, meskipun tidak mewah atau melebihi orang lain setidaknya ada dan punya itu sudah lebih dari cukup.

Sementara level tertinggi dari sebuah pembelajaran adalah dia yang berpikir bila sesuatu yang positif namun tidak ada dalam hidupnya tidak berpengaruh sama sekali bagi dia, jika ada “ya baik” namun jika tidak ada “ya tiadalah masalah”. Sesuatu yang positif (Preferred Indifferent) ini dimaknai dengan harta dan properti, Jabatan dan Gelar, Good Relationship, Kesehatan Fisik, tampan/cantik, dll. Begitupula sebaliknya jika sesuatu itu besifat negatif jika ada “ya tidak terlalu dipermasalahkan”, namun jika tiada “ya sangat bersyukur”. Sesuatu yang bersifat negatif (Unpreferred Indifferent) ini dimaknai dengan Kemiskinan, Toxic Relationship, Penyakit dan Wabah, menjadi masyarakat jelata yang biasa dan tidak populer, jelek, dll.

Level tertinggi dari belajar ini penulis dapatkan dari ilmu agama dan filsafat, tepatnya filsafat stoicism atau filosofi teras yang mengajarkan bahwa manusia tidak bisa melawan settingan alam semesta atau takdir telah menentukan objeknya masing-masing. Tetapi meskipun demikian seseorang dapat dikatakan learning oriented tingkat tinggi adalah ia yang selalu berusaha dengan mempertimbangkan segala kemungkinan untuk meraih kesempatan yang lebih baik seperti berperan baik dimasyarakat dan bermanfaat dengan ilmu, ide dan karyanya, serta meraih kemungkinan untuk terbebas dari kemiskinan. Namun perlu digaribawahi ia selalu memiliki pola pikir Preferred Indifferent & Unpreferred Indifferent hingga bila usahanya tidak membuahkan hasil yang baik ia tidak akan kecewa. Ditambah lagi dengan kemampuan Failure Questiont softskill yang selalu ia kukuhkan agar ia tetap bangkit di tengah kegagalan-kegagalan yang selalu menimpanya, tetapi ia tetap memaksimalkan kesempatan dan kemungkinan yang ada untuk terus bangkit dari keterpurukan.

Writed by: Andika Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pola pikir tentang Learning Oriented

Image/Pahamify.com Pada hakikatnya manusia selalu belajar dan terus belajar untuk selalu bertumbuh meningkatkan diri menjadi l...