Pada hakikatnya manusia selalu belajar dan terus belajar untuk
selalu bertumbuh meningkatkan diri menjadi lebih baik setiap harinya. Apapun
yang dilakukan baik dalam pekerjaan, kehidupan sosial, interaksi dalam keuarga,
hingga menentukan arah harus berdasarkan sistem pembelajaran supaya tidak salah
langkah. Banyak yang mengatakan jika bekerja hanya untuk uang semata, maka
dapat dipastikan ia tidak akan pernah menjadi kaya bahkan sulit mendapat
kebahagiaan, akan tetapi bila bekerja dengan berbagai konsep yang dituangkan
dalam skema learning orientation untuk membangun sesuatu yang lebih baik
ke depannya, itu yang membedakan ia dengan seorang pekerja keras biasa.
Dalam dunia finansial, bila seseorang berfokus pada uang saja tanpa
dilandasi dengan belajar untuk terus meningkatkan pemasukan pokok, passive income,
belajar investasi, hingga pengelolaanya akan kesulitan dalam mengambil
kesulitan dan mempertimbangkan resiko yang akan ia terima. Tetapi bila tidak,
maka tidak akan ada perubahan dalam segi finansialnya, padahal pemasukan yang
tidak meningkat tidak seimbang dengan kebutuhan yang kian hari kian bertambah
apalagi jika sudah berkeluarga.
"Seseorang yang hanya mengandalkan gaji pokok saja dalam hidupnya,
maka bersiaplah untuk hidup miskin” -Warren Buffet-
Maka dalam hal finansial saja kita dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan supaya dapat mengambil keputusan yang tepat sasaran untuk
meningkakan pemasukan dengan berbagai resiko yang ada.
Learning Oriented tidak dimaknai
sama dengan belajar di sekolah atau di kampus yang hanya mengejar nilai dan
IPK. Lebih dari seseorang yang ingin menjadi lebih baik dari semua segi, baik
secara finansial, interaksi sosial & relationship, kebutuhan psikis,
karir, pasangan, dan yang tak kalah penting adalah bagaimana ia memaknai sebuah
kebahagiaan. Tidak semua orang memaknai kebahagiaan dengan memiliki income
besar dan karir yang lancar atau pasangan yang setia dan perhatian, tetapi
lebih ke bagaimana ia bisa menuju taraf belajar untuk bisa menyeimbangkan happines
yang akan ia terima dengan semua kondisi yang hendak ia raih.
Beberapa orang pada level belajar terendah memaknai kebahagiaan
lahir dari harta yang melimpah, keluarga bangsawan, dan pasangan yang
tampan/cantik serta setia. Ada juga yang memaknai kebahagiaan dengan hidup
sederhana tetapi kaya akan keluarga. Adapula yang memaknai kebahagiaan dengan
memiliki kehidupan yang selaras untuk semua hal, meskipun tidak mewah atau
melebihi orang lain setidaknya ada dan punya itu sudah lebih dari cukup.
Sementara level tertinggi dari sebuah pembelajaran adalah dia yang
berpikir bila sesuatu yang positif namun tidak ada dalam hidupnya tidak
berpengaruh sama sekali bagi dia, jika ada “ya baik” namun jika tidak ada “ya
tiadalah masalah”. Sesuatu yang positif (Preferred Indifferent) ini
dimaknai dengan harta dan properti, Jabatan dan Gelar, Good Relationship,
Kesehatan Fisik, tampan/cantik, dll. Begitupula sebaliknya jika sesuatu itu
besifat negatif jika ada “ya tidak terlalu dipermasalahkan”, namun jika tiada
“ya sangat bersyukur”. Sesuatu yang bersifat negatif (Unpreferred Indifferent)
ini dimaknai dengan Kemiskinan, Toxic Relationship, Penyakit dan Wabah,
menjadi masyarakat jelata yang biasa dan tidak populer, jelek, dll.
Level tertinggi dari belajar ini penulis dapatkan dari ilmu agama
dan filsafat, tepatnya filsafat stoicism atau filosofi teras yang
mengajarkan bahwa manusia tidak bisa melawan settingan alam semesta atau takdir
telah menentukan objeknya masing-masing. Tetapi meskipun demikian seseorang
dapat dikatakan learning oriented tingkat tinggi adalah ia yang selalu
berusaha dengan mempertimbangkan segala kemungkinan untuk meraih kesempatan
yang lebih baik seperti berperan baik dimasyarakat dan bermanfaat dengan ilmu,
ide dan karyanya, serta meraih kemungkinan untuk terbebas dari kemiskinan.
Namun perlu digaribawahi ia selalu memiliki pola pikir Preferred Indifferent
& Unpreferred Indifferent hingga bila usahanya tidak membuahkan
hasil yang baik ia tidak akan kecewa. Ditambah lagi dengan kemampuan Failure
Questiont softskill yang selalu ia kukuhkan agar ia tetap bangkit di
tengah kegagalan-kegagalan yang selalu menimpanya, tetapi ia tetap
memaksimalkan kesempatan dan kemungkinan yang ada untuk terus bangkit dari
keterpurukan.
Writed by: Andika Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar