Oleh: Andika Saputra
Dalam kehidupan manusia, hal yang sangat mendasar pada pencarian kehidupan mereka adalah “kebahagiaan”, meskipun bukan itu yang menjadi perbincangan mereka dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Terbukti dengan datangnya agama yang memberi mereka panduan supaya bisa hidup bahagia dengan mengenali siapa pencipta mereka. Tetapi kebanyakan dari manusia mencari kebahagiaan dengan cara yang terlintas pada setiap pikiran orang awam seperti memiliki uang banyak, kekayaan harta, jabatan, memiliki pasangan dengan paras menawan, serta hal-hal yang berbentuk material lainnya. Padahal kenyataannya kebahagiaan hakiki tidak mereka dapati setelah memperoleh hal-hal materil di atas, manusia yang mencari kebahagiaan dengan berpatokan kepada materi tidak akan menemukan sejatinya kebahagiaan, banyak di antara mereka yang demikian tetapi masih merasa kosong dari kebahagiaan atau masih kesepian. Hal demikian berarti bahwa kebahagiaan tidak didapat dengan hal-hal yang berbau materil. Ini menunjukkan bahwa persepsi bahagia secara materil adalah sebuah konsep yang salah.
Melalui Platform online mentoring Satu Persen saya menemukan teori kebahagiaan yang relevan sekali dipraktekkan pada kehidupan setiap umat manusia dengan berbagai ragam titel yang mereka sandang, baik dari kalangan bawah, menengah maupun kalangan atas. Seperti pada judul “Cara Menemukan Tujuan Hidup (Motivasi Hidup)” di platform Youtube Satu Persen menjelaskan bahwa tujuan hidup itu dibentuk bukan ditemukan, karena tujuan hidup itu bukan seperti barang hilang yang harus dicari tetapi dilakukan dengan upaya terus menerus untuk membentuknya secara perlahan minimal satu persen setiap harinya. Hal yang membuat kita tidak bahagia mungkin karena tidak adanya hal yang kita lakukan untuk kebaikan di masa depan pada hari ini, makanya timbul kekosongan. Atau dalam judul “Filosopi Hidup Biasa Aja (Hidup Bahagia dan Nggak Overthinking ala Alain de Botton)” menjelaskan bahwa manusia merasa kosong dari kebahagiaan bila tidak mendapatkan pengakuan status sosial (snoberi), terlihat dari kita yang selalu mengunggah story di media sosial agar mendapat pengakuan dari orang lain, semakin banyak yang melihat dan menyukai posting-an maka semakin bahagialah kita, kemudian kurangnya rasa kasih sayang yang dalam artian bukan karena kita tidak disukai calon pasangan atau keluarga dan serta masyarakat sekitarnya tetapi lebih kepada tidak adanya orang yang memahami diri kita atau tidak ada tempat untuk mencurahkan kekurangan yang kita punya. Tetapi menurut Alain de Botton kebahagiaan itu dengan cara ordinary life atau hidup biasa saja, coba kita pikir kehidupan kita di zaman sekarang itu lebih menyenangkan daripada kehidupan yang dialami manusia sebelumnya, dimana saat ini segalanya tersedia dan kita tidak lagi dijajah oleh bangsa penjajah, artinya kita merdeka secara utuh. Mungkin karena perbedaan karakter manusia yang begitu kompleks dan unik menimbulkan terjadinya ketidakseimbangan dalam berinteraksi antarsesama yang membuat kita punya persepsi dan pandangan seolah hidup kita tidak berguna di mata orang terdekat, karena kita memiliki karakter yang berbeda dari mereka. Padahal boleh jadi mereka yang tidak punya kapasitas untuk memahami kita atau mereka memiliki pandangan yang berbeda dari kita. Melalui artikel Satu Persen “Hidup Lebih Bahagia Karena Self-Love”, saya menemukan bagaimana hidup bahagia dengan mencintai diri sendiri, yaitu suatu keadaan dimana kita harus menerima diri kita sendiri dengan apa yang ada dan yang kita punya baik itu kekurangan maupun kelebihan, memberikan penghargaan kepada kelebihan yang kita punya supaya dapat terus bertumbuh ke arah yang lebih baik, baik dari segi fisik, emosional maupun mental. saya menjadi lebih baik setelah menonton berbagai video yang disajikan Satu Persen dimana pada saat itu saya sedang mengalami fase Quarter Life Crisis.
Lepaskan Belenggu
Pikiran !
Gambar 1.1 Ilustrasi Berpikir Positif (Sumber: Republika.co.id)
Sebenarnya yang membuat kita tidak bahagia selama ini adalah dikarenakan pikiran negatif yang timbul dari persepsi diri sendiri yang mungkin karena pengaruh bentuk-bentuk interaksi secara eksternal maupun internal. Dari Satu Persen saya menemukan bahwa ternyata kebahagiaan melalui pikiran itu telah dilakukan oleh orang-orang hebat masa Yunani Kuno yaitu para filsuf stoa (Stoicism) dan tokoh-tokoh yang populer adalah Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca. Jujur saya katakan mengenai filosofi stoa (Stoicism) ini baru saya temukan di platform Youtube online mentoring Satu Persen padahal jurusan kuliah saya sangat dekat sekali dengan ilmu Filsafat tetapi yang saya temukan selama ini masih berkutat pada teori yang menjelimet di kepala. Dalam Youtube Satu Persen yang berjudul “Rahasia Mengontrol Diri Sendiri ala Filsafat Stoic” menjelaskan dalam filsafat stoa ada yang namanya dikotomi kontrol, sesuatu yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Sesuatu yang tidak dapat dikontrol adalah hal-hal yang berada di luar diri kita seperti cuaca, takdir, jodoh, sistem ekonomi, lingkungan toxic, bahkan persepsi manusia terhadap kita. Maka menurut orang-orang stoa sesuatu yang tidak dapat dikontrol tidak perlu kita pikirkan apalagi secara berlebihan dan terima saja apa yang terjadi karena itu di bawah kendali kita, namun bukan berarti pasrah dan berdiam diri saja pada keadaan buruk. Kemudian sesuatu yang dapat dikontrol seperti persepsi kita tentang kejadian yang datang dari luar tersebut seperti datangnya hujan yang menimbulkan hawa menjadi dingin, maka sudah menjadi pilihan kita mau memakai selimut atau tetap memilih menahan hawa dingin dengan busana tipis. Contoh lain yang dapat kita kontrol adalah memanfaatkan waktu hari ini untuk rebahan santuy sepanjang hari atau memilih produktif dengan kompetensi yang kita punya. Bahkan cara pandang manusia terhadap diri kita tidak perlu kita pikirkan karena sesuatu yang belum tahu pasti tentang kejelasaannya. Bila persepsi mereka terhadap kita benar adanya, ya terima saja kenyataan atau perbaiki bila itu negatif. Dari sini kita sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa pikiran kita lah yang dapat memerintah hidup kita bahagia atau tidak, dengan memfokuskan kepada apa yang dapat kita kontrol dan melepaskan belenggu pikiran yang tidak dapat kita kontrol, terutama persepsi manusia terhadap kita. setelah menemukan platform ini aku menemukan pernyataan yang kebih realistis serta mudah dipahami bahkan mampu memposisikan dan mengoptimalkan pikiranku.
Hiduplah Bahagia !
Faktanya dalam filsafat stoa tokoh yang bernama Epictetus adalah budak yang disiksa pada masanya, seorang yang disebut budak adalah hamba yang belum merdeka dan dapat diperlakukan semena-mena oleh siapapun, jangan dulu dia berpikir masa depan harus jadi apa untuk hidupnya saja dibelenggu orang lain, tetapi dengan kekuatan pikirannya ia mampu tetap waras dalam menjalani setiap siksaan yang menimpanya. Kita semua sebagai generasi milenial tentu tidak lagi mengenal yang namanya budak, kita semua manusia yang merdeka tanpa belenggu penjajah. Kita hanya perlu mengontrol diri dalam interaksi sosial supaya tidak terjebak oleh pikiran sendiri yang dapat membuat hilangnya kebahagiaan karena ditimpa kekecewaan oleh harapan sendiri.
Kebahagiaan yang diraih melalui pikiran itu tentunya merupakan sebuah perintah otak agar selalu berpikir positif terhadap semua aspek yang melingkupi aktivitas kehidupan. Baik kehidupan yang berjalan sebagaimana ekspektasi maupun yang tidak sesuai dengan ekspektasi, maka dalam hal ini agar dapat merasakan kebahagiaan hidup lepaskanlah kecenderungan ekspektasi yang berlebihan terhadap sesuatu yang dapat mengecewakan dan optimalkan lah diri supaya selalu terfokus kepada apa-apa yang dapat dikontrol.
Apabila artikel dalam blog ini belum dapat membantu kamu untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang kamu hadapi saat ini, maka kabar gembira untuk kita yang ditawarkan oleh Satu Persen yaitu penyediaan platform untuk melakukan kosultasi dan mentoring secara online melalui satupersen.net. Sudah 10.000 lebih orang yang mendaftar dan telah banyak orang yang terbantu oleh platform ini.
Layanan Mentoring dapat diakses pada Online Mentoring Satu Persen
Dan layanan Konsultasi dapat diakses pada Konseling Online Satu Persen
Tersedia juga Webinar dan Workshop yang dapat diakses pada Webinar & Workhsop Satu Persen
#SatuPersenBlogCompetition
#HidupSeutuhnya
Rekomendasi untuk kamu
Video Youtube Rahasia Mengontrol Diri Sendiri ala Filsafat Stoic (Satu Persen)
Referensi
Rahim, Ifandi Khainur. (2020). Cara Menemukan Tujuan Hidup (Motivasi Hidup). Youtube : Satu Persen
Rahim, Ifandi Khainur. (2021). Filosopi Hidup Biasa Aja (Hidup Bahagia dan Nggak Overthinking ala Alain de Botton). Youtube : Satu Persen
Rahim, Ifandi Khainur. (2021). Rahasia Mengontrol Diri Sendiri ala Filsafat Stoic.Youtube : Satu Persen